Coretan Kecil Tentang Papa



        









        10 Oktober 1952, tanggal kelahiran orang yang sangat berarti dalam hidupku. 07 Juli 2010, tanggal dimana pertama kali nya aku merasakan sakit yang begitu perih ditinggalkan orang yang paling aku sayangi. Yah, Papa. Orang yang sangat menginspirasi di kehidupan ku. Keras, disiplin dan humoris adalah sifat beliau yang paling melekat di ingatan ku. Masih teringat di ingatan suatu konflik yang sangat berarti bagi kehidupan ku. Cerita 10 tahun yang lalu.


“Pa, aku mau kerumah teman dulu yah Pa. Sekalian nginap disana, ada perlu nih“ sambil masang wajah memelas.
“Nggak boleh !!“ ujar Papa dengan nada kerasa.
“Lah kok nggak boleh sih Pa ?. Rumah nya dekat kok“ ngomong sambil nunduk dengan wajah sedih.
“Pokok nya gak boleh !!, nggak ada anak sekolahan yang keluar rumah lewat dari jam 9 malam. Klw emank penting suruh temen mu kesini dan nginap disini !!“ dengan nada yang semakin tinggi.
“Ya sudah kalau gitu” membalikkan badan lalu masuk ke kamar dengan mata berlinang.

        Nggak lama kemudian Papa masuk ke kamar ku. Beliau yang tak tega melihat ku tidur menelentang berlinangkan air mata perlahan mendekatiku. 

“Ayo duduk, Papa mau ngomong“ duduk di tempat tidurku
“Ada apa lagi sih Pa ?“ jawab ku dengan penuh emosi.
“Udah, duduk aja dulu nak“ mencoba meredam emosi ku.
“Iya...“ sambil mengubah posisi.
“Terserah kamu mau marah sama Papa, mau benci pun tidak apa-apa. Yang jelas semua yang Papa lakukan itu adalah terbaik buat masa depan kamu“ sambil menggosok kepala ku.
“Maksud nya gimana sih pa, aku bener-bener gak ngerti deh. Aku merasa seperti anak wanita. Ini itu dilarang. Pergi keluar malam aja dilarang“ sambil menangis tersedu-sedu
“Iya Papa ngerti nak, maksud Papa itu begini loh. Papa nggak mau terjadi apa-apa sama kamu. Papa ini dulu juga pernah muda, jadi Papa tau apa-apa saja yang ada dan terjadi diluar sana. Papa ngelarang kamu keluar malam karna Papa takut kamu melakukan hal-hal yang buruk seperti merokok, minum alkohol, berjudi, berantem dan lain-lainnya. Dunia malam keras nak“ ngomong dengan sangat lembut.
“Lah kan aku bisa jaga diri pa“ aku pun protes.
“Iya itu kan kata kamu, anak seusia kamu itu belum terlalu matang buat membedakan mana yang baik dan buruk. Sangat mudah untuk dibujuk. Sudah lah, jangan marah sama Papa. Nanti kelak kamu akan mengetahui dan mendapatkan nilai positif dari apa yang Papa lakukan terhadap kamu. Ingat, nggak ada orang tua yang melakukan n memberikan hal buruk terhadap anak nya“ sambil menepuk pundak ku.
“Iya Pa, aku minta maaf. Sekarang aku mulai mengerti. Maafin aku yah Pa“ sambil menghapus air mata.
“Iya, y udah sekarang kamu tidur sana besok kan sekolah“ perlahan berdiri
“Iya Pa, tapi minta duit jajan dulu dunk“ sambil senyum-senyum.
“Halah, malah di palak. Niihh“ menyodorkan uang lima ribu.
“Jahh, dikit banget Pa“ sambil garuk-garuk kepala.
“Anak sekolah itu nggak boleh belanja banyak-banyak. Buat jajan sekolah udah banyak itu. Kalau Papa kasih duit banyak ntar kamu beliin rokok lagi“ dengan nada sedikit keras.
“Iya-iya deh pa, makasih yah pa“ tertawa sambil mencubit pipi Papa.
“Iya, sudah tidur sana Papa juga mau tidur“ melangkah meninggalkan kamar.
“Siap Pak Bos !!“ hormat sambil ngeledek.
“Dasar anak durhaka !!“ dengan nada sedikit keras.
“Nggak kok, aku kan anak Papa“ sambil tertawa terbahak-bahak.
“Beughh, udah ah“ menutup pintu kamar dan meninggalkan kamar.

        Malam itu aku berkali-kali mengingat perkataan Papa dan mencoba mentela’ah nya. Setelah kejadian itu, aku tak pernah lagi meminta izin untuk keluar rumah di atas jam 9 malam. Walaupun teman-teman ku sering meledek aku anak Papi dan Mami karna nggak dibolehin keluar, tapi aku hanya tersenyum dan berkata di dalam hati “Tak apa lah, yang jelas aku tau kalau Papa dan Mama ku peduli pada ku“. Tiap malam dan setiap ku merindukan Papa, aku selalu berdo'a. Semoga beliau tenang di alam sana dan di tempatkan di tempat yang paling indah yaitu di Surga Allah SWT.